Keluarga (bahasa Sanskerta: "kulawarga";
"ras" dan "warga" yang berarti "anggota")[1] adalah lingkungan yang terdapat
beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.[1]
Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu,
terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.[1]
Daftar isi
Keluarga inti, terdiri
dari ayah, ibu, dan anak-anaknya.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang
terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.[2]
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga
terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan.[3]
Ada beberapa jenis keluarga, yakni: keluarga inti yang terdiri dari suami,
istri, dan anak atau anak-anak, keluarga
konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan
anak-anak mereka, di mana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu
atau dua pihak orang tua.[4]: Selain itu terdapat juga keluarga
luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya.[5]Keluarga luas ini meliputi hubungan
antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.[6]
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan
situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.[6]
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah
sebagai berikut:
Ayah sebagai suami dari isteri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.[6]Sebagai istri dan ibu dari
anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.[6]Anak-anak melaksanakan peranan
psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.[6]
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok
sebagai berikut:[rujukan?]
1. Pemeliharaan fisik
keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan
sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas
masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.
5. Pengaturan jumlah
anggota keluarga.
6. Pemeliharaan
ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan
anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan
dan semangat para anggotanya.
Fungsi yang dijalankan keluarga adalah:
1. Fungsi Pendidikan dilihat dari bagaimana
keluarga mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan
masa depan anak.[4]
2. Fungsi Sosialisasi
anak dilihat dari bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota
masyarakat yang baik.[4]
3. Fungsi Perlindungan
dilihat dari bagaimana keluarga melindungi anak sehingga anggota keluarga
merasa terlindung dan merasa aman.[4]
4. Fungsi Perasaan
dilihat dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana
anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama
anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga.[4]
5. Fungsi Agama dilihat
dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga
lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan yang mengatur kehidupan kini
dan kehidupan lain setelah dunia.[4]
6. Fungsi Ekonomi dilihat dari bagaimana kepala
keluarga mencari penghasilan, mengatur penghasilan sedemikian rupa sehingga
dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.[4]
7. Fungsi Rekreatif
dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga,
seperti acara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing,
dan lainnya.[4]
8. Fungsi Biologis dilihat dari bagaimana keluarga
meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya.[4]
9. Memberikan kasih
sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga.[4]
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana
keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan pola otoritas [7].
·
Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan
kepada sepasang suami istri untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar
kediaman kaum kerabat suami ataupun di sekitar kediamanan kaum kerabat istri;
·
Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri diharuskan menetap di sekitar pusat kediaman kaum kerabat
suami;
·
Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri harus tinggal di sekitar kediaman kaum kerabat istri;
·
Adat bilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri dapat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada
masa tertentu, dan di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa
tertentu pula (bergantian);
·
Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa
sepasang suami istri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak
berkelompok bersama kaum kerabat suami maupun istri;
·
Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang
suami istri untuk menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu
(avunculus) dari pihak suami;
·
Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami
dan istri masing-masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga
tinggal di sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri .
·
Patriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga
dimiliki oleh laki-laki (laki-laki tertua, umumnya ayah)
·
Matriarkal, yakni otoritas di dalam keluarga
dimiliki oleh perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)
·
Equalitarian, yakni suami dan istri berbagi otoritas
secara seimbang.
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni
subsistem suami-istri, subsistem orang tua-anak, dan subsitem sibling
(kakak-adik).[8] Subsistem suami-istri terdiri
dari seorang laki-laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit
dalam membangun keluarga.[8] Pasangan ini menyediakan
dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun sebuah ikatan yang
melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh kepentingan
maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain.[8] Subsistem orang tua-anak
terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi
transfer nilai dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan
relasi orang tua dan anak.[8]
3. ^ Baron, R. A dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga
4. ^ a b c d e f g h i j Richard R Clayton. 2003. The
Family, Mariage and Social Change. hal. 58
5. ^ Anita L. Vangelis.2004.Handbook of Family Comunication.USA:Lawrence
Elbraum Press. hal 349.
6. ^ a b c d e Jhonson, C.L. 1988. Ex
Familia. New Brunswick: Rutger University Press.
7. ^ Fr Tderique Holdert dan Gerrit Antonides, “Family Type Effects on
Household Members Decision Making”, Advances in Consumer Research
Volume 24 (1997), eds. Merrie Brucks and Deborah J. MacInnis, Provo,
UT: Association for Consumer Research, Pages: 48-54
8. ^ a b c d Minuchin, S (1974). Families
and Family Therapy. Cambridge, MA: Harvard University Press.